Akhir-akhir ini kita udah sering dengar banyaknya kampanye isu kesehatan
mental, khususnya di media sosial. Mulai dari pembahasan soal apa itu
kesehatan mental sampai berbagai tips buat coping stres dan lainnya.
Melihat kondisi ini, tentu anak muda punya akses informasi yang lebih
besar. Mengingat banyaknya anak muda yang aktif di media sosialnya
Dampak ganguan mental health juga bukan dialami orang dewasa aja, tapi juga remaja. Ada beberapa penyebab gangguan ini seperti faktor gen, lingkungan,
kebiasaan, dan biologis. Selain itu, pengalaman traumatis juga punya
perngaruh. Misalnya, pengalaman kehilangan orang tersayang, pelecehan
seksual, perceraian, dan lainnya. Jadi berbagai pengalaman baik itu
menyenangkan atau bukan bisa mempengaruhi kesehetan mental remaja.
Menurut data dari WHO 75% gangguan mental emosional memang umum terjadi sebelum usia 24 tahun.
Bahkan dianggap wajar terjadi sebagai
bagian dari fase pubertas. Padahal, bila dilihat lebih jeli lagi ada
perbedaan yang cukup signifikan antara sikap remaja sebagai ciri
gangguan mental dan sikap yang memang bagian dari fase pubertas. Hal-hal
seperti ini yang sebenarnya perlu jadi perhatian kita bersama, untuk
coba lebih teliti dalam menggali akar masalahnya.
Karena menganggap sepele gangguan mental pada remaja, bisa berdampak
sangat besar untuk masa depannya. Apa aja sih, dampaknya? Yuk lanjut scroll sampai selesai
1. Susah Menjalin Hubungan yang Harmonis
Pertemanan
usia remaja mungkin sering dipandang sebelah mata. Tapi nyatanya,masa
remaja adalah fase-fase dimana mereka mulai mencari jati diri dan
pencarian teman sejati untuk kehidupan dalam lingkup sosial yang lebih
luas. Umumnya, seseorang akan mengalami titik kejenuhan menjalin
pertemanan secara murni (tanpa urgensi tertentu) ketika mereka memasuki
usia dewasa. Sehingga gangguan mental pada remaja yang tidak segera
ditangani akan membuat mereka kesulitan untuk punya hubungan pertemanan
yang baik. Nggak cuma hubungan pertemanan, tapi hubungan keluarga atau
percintaannya pun juga bisa ikut terganggu. Tentunya hal ini punya
dampak besar bagi kehidupan remaja yang berpotensi mempengaruhinya saat
usia dewasa. Mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih sensitif yang
nantinya akan jadi kendala mereka dalam menjalin hubungan harmonis.
2. Sering Ada Keluhan Fisik
Pada
dasarnya, kesehatan mental dan fisik saling berkaitan , itu terjadi karena ketika kondisi kesehatan mental remaja itu buruk, otomatis
berpengaruh ke kesehatan fisiknya juga. Terlebih lagi kalau gangguan
mental sudah dialami sejak lama dan bikin frekuensi keluhan fisik jadi
lebih sering muncul. Misalnya keluhan seperti nyeri otot, sakit kepala,
masalah pencernaan, dan masih banyak lagi.
3. Kompleksitas Gangguan Kesehatan Mental Berujung Bunuh diri
Ketika
remaja mengalami gangguan kesehatan mental, ada beberapa tanda yang
dirasakan. Mulai dari merasa nggak berharga, nggak berguna, nggak
dicintai & disayangi, dan masih banyak lagi. Hal ini bisa memicu
munculnya perasaan-perasaan negatif yang kuat dan mendorong remaja buat
ambil tindakan ekstrim seperti bunuh diri. Bila depresi ini terus dibiarkan dan berkembang menjadi depresi
berat, bisa mengalami kecenderungan buat menyakiti diri sendiri (self harm). Ada
sekita 80-90% kasus bunuh diri akibat kecemasan dan depresi. Menurut
ahli suciodologist ada 4,2% siswa di Indonesia yang pernah berpikir buat
bunuh diri. Selain itu, kasus bunuh diri di Indonesia mencapai 10.000
atau setara dengan setiap satu jam terdapat kasus. Depresi pada remaja
bisa diakibatkan oleh beberapa hal seperti tekanan dalam bidang
akademik, perundungan(bullying), faktor keluarga, dan permasalahan
ekonomi.Dampak buruk lainnya yang bisa aja terjadi yaitu bunuh diri.
Untuk
itu, sebagai orang dewasa udah sewajarnya menjadi tugas kita buat lebih
peka dan perhatian terhadap remaja yang memiliki gangguan kesehatan
mental. Karena setiap keluhan yang mereka ungkapkan, kenakalan yang
mereka tunjukkan, bukan berarti selalu mengindikasikan fase pubertas dan
sekedar cari perhatian.